Dimulai dari tentang keseriusan seseorang dalam menjalankan hubungan (pacaran)..
Ketika salah satu pihak pertama ingin serius dengan pihak kedua...belum tentu pihak kedua siap dengan keseriusan pihak pertama..
Atau juga..belum tentu pihak ketiga (ini bisa siapa saja..keluarga,sahabat,dll) siap dengan keseriusan itu.
Ia sich kalo dipikir-pikir yang menjalankan kan hanya 2 pihak tapi perlu diingat juga setiap pihak punya khidupan yang lain..Atau bahasa gampangnya..pihak pertama dan pihak kedua pasti punya keluarga..karena mereka ga lahir dari batu atau kelapa.
Terkadang kita juga harus menghargai keputusan mereka dengan cara-cara yang baik dan sopan.
Bukan menentang keputusan mereka yang mungkin kita menganggap hanya omongan yang ga perlu dipedulikan..
Pihak ketiga (0rtu) sudah tau bagaimana kita dari kecil dan mereka pun pasti punya naluri yang ada secara otomatis ketika kita lahir di dunia.
Dulu...
Saya punya seorang teman yang hubungannya ditentang sama keluarganya..
Bukan hanya satu orang dari teman saya yang mengalaminya..
Tapi ada beberapa..
Kasus I : pertentangan terjadi karena beda agama
Banyak orang yang mengalami permasalahan diatas mengeluh "kenapa harus ada agama yang membuat kita berpisah?".
Ini juga yang dikeluhkan oleh teman saya..
Dan saya hanya bisa mensupport dia dalam bentuk perhatian-perhatian kecil saya.
Saat dia harus mengalami betapa sakit hatinya ketika dia sudah serius dalam hubungannya,,lalu ada pihak ketiga (ortu) yang harus menentang hubungan itu.
Apalagi dari pihak laki-laki sudah sangat serius dalam menjalankan hubungan itu.
Ketika..pihak ketiga (ortu) melihat adanya keseriusan itu,,maka pihak ketiga segera meng-"cut" hubungan mereka.
Sakit pasti rasanya..ketika kehilangan seseorang yang kita inginkan untuk menjadi pendamping hidup kita.
Tapi kita sebagai anak dari pihak ketiga bisa apa setelah pihak ketiga mengancam pihak laki-laki untuk menjauhi anak perempuannya??
Teman saya (yang perempuan) hanya bisa mempasrahkan diri dan merelakan pihak laki-laki karena teman saya tidak ingin melihat orang yang ia cintai harus terluka karena kekerasa pihak orang ke tiga. Dan saat ini pun...pasti luka itu membekas dalam diri teman saya..
Yaa memang agama itu adalah kembali pada dirinya masing-masing.
Tapi untuk saya..perbedaan agama dalam hubungan tidak boleh terjadi dalam hubungan saya.
(ini hanya opini saya)..
Kasus II : Naluri ibu melebihi segalanya
Ya..ini pasti sudah banyak orang yang tahu kalau naluri ibu adalah naluri yang selalu the best lah..
Teman saya (perempuan) mengalami hal ini dan ia sempat menganggap ibunya sok tahu mengenai pacarnya. Saya disini tidak perlu membeberkan bagaimana kelakuan laki-lakinya itu. Tapi yang hanya bisa saya katakan, laki-lakinya adalah laki-laki yang sama sekali tidak bisa dibanggakan.
Ketika si ibu melarang anaknya dengan cara mengancam pihak laki-laki, si laki-laki tidak merasa takut ataupun gentar. Ia semakin mantap untuk mendapatkan perempuannya seutuhnya.
Ayah dari perempuan ini pun juga melarang. Melarang dengan sangat keras hubungan itu.
Saya sebagai teman pun sudah memberi tahu apa yang harus ia lakukan..
tapi,,rupanya teman saya ini terlena dengan yang namanya cinta.
cinta yang beda dari yang sebelumnya, yang mungkin baru ia temui saat hubungannya kali ini..
Laki-laki pun bertingkah seolah ia sangat serius dengan hubungan ini dan perlahan mencoba bersikap possessive terhadap perempuan..sampai-sampai saya harus tidak berteman lagi dengan teman saya ini..
Hingga suatu hari, saya diberi tahu oleh dia kalau dia sudah putus dari pacarnya itu.
Dia minta maaf dan mengatakan kalau anggapan saya tentang laki-laki itu benar.
Dan saya pun bisa menarik kesimpulan kalau,naluri ibunya memang bagus.
Sebenarnya...masih ada kasus-kasus lain yang berhubungan dengan hal-hal di atas.
Namun saya mengangkat dua hal yang setidaknya fenomenal bagi saya.
Disaat satu pihak serius, belum tentu pihak lain siap dengan keseriusan itu..
Saran saya :
- coba dengarkan masukkan dari pihak ketiga,pihak keempat dan pihak-pihak lainnya. Pacaran atau menjalankan hubungan bukan berati tutup telinga,tutup mata dan merasa dunia milik berdua. Terkadang masukkan-masukkan itu bisa menjadi pengingat bagi kita ketika kita sudah lewat batas.
- sering-seringlah share terhadap pihak ketiga dan pihak lainnya. Dengan begitu mereka tahu bagaimana sikap,kelakuan dan pekerjaan dari pasangan.
-cobalah bertukar pikiran dengan pihak ketiga...supaya kita mengetahui apa yang diinginkan dari pihak ketiga dan pihak-pihak lainnya.
-cobalah menerima keputusan yang diberikan oleh pihak ketiga, jika memang keputusan itu tidak bisa diganggu gugat. Dan menjalani hidup selayaknya orang normal.
Ketika salah satu pihak pertama ingin serius dengan pihak kedua...belum tentu pihak kedua siap dengan keseriusan pihak pertama..
Atau juga..belum tentu pihak ketiga (ini bisa siapa saja..keluarga,sahabat,dll) siap dengan keseriusan itu.
Ia sich kalo dipikir-pikir yang menjalankan kan hanya 2 pihak tapi perlu diingat juga setiap pihak punya khidupan yang lain..Atau bahasa gampangnya..pihak pertama dan pihak kedua pasti punya keluarga..karena mereka ga lahir dari batu atau kelapa.
Terkadang kita juga harus menghargai keputusan mereka dengan cara-cara yang baik dan sopan.
Bukan menentang keputusan mereka yang mungkin kita menganggap hanya omongan yang ga perlu dipedulikan..
Pihak ketiga (0rtu) sudah tau bagaimana kita dari kecil dan mereka pun pasti punya naluri yang ada secara otomatis ketika kita lahir di dunia.
Dulu...
Saya punya seorang teman yang hubungannya ditentang sama keluarganya..
Bukan hanya satu orang dari teman saya yang mengalaminya..
Tapi ada beberapa..
Kasus I : pertentangan terjadi karena beda agama
Banyak orang yang mengalami permasalahan diatas mengeluh "kenapa harus ada agama yang membuat kita berpisah?".
Ini juga yang dikeluhkan oleh teman saya..
Dan saya hanya bisa mensupport dia dalam bentuk perhatian-perhatian kecil saya.
Saat dia harus mengalami betapa sakit hatinya ketika dia sudah serius dalam hubungannya,,lalu ada pihak ketiga (ortu) yang harus menentang hubungan itu.
Apalagi dari pihak laki-laki sudah sangat serius dalam menjalankan hubungan itu.
Ketika..pihak ketiga (ortu) melihat adanya keseriusan itu,,maka pihak ketiga segera meng-"cut" hubungan mereka.
Sakit pasti rasanya..ketika kehilangan seseorang yang kita inginkan untuk menjadi pendamping hidup kita.
Tapi kita sebagai anak dari pihak ketiga bisa apa setelah pihak ketiga mengancam pihak laki-laki untuk menjauhi anak perempuannya??
Teman saya (yang perempuan) hanya bisa mempasrahkan diri dan merelakan pihak laki-laki karena teman saya tidak ingin melihat orang yang ia cintai harus terluka karena kekerasa pihak orang ke tiga. Dan saat ini pun...pasti luka itu membekas dalam diri teman saya..
Yaa memang agama itu adalah kembali pada dirinya masing-masing.
Tapi untuk saya..perbedaan agama dalam hubungan tidak boleh terjadi dalam hubungan saya.
(ini hanya opini saya)..
Kasus II : Naluri ibu melebihi segalanya
Ya..ini pasti sudah banyak orang yang tahu kalau naluri ibu adalah naluri yang selalu the best lah..
Teman saya (perempuan) mengalami hal ini dan ia sempat menganggap ibunya sok tahu mengenai pacarnya. Saya disini tidak perlu membeberkan bagaimana kelakuan laki-lakinya itu. Tapi yang hanya bisa saya katakan, laki-lakinya adalah laki-laki yang sama sekali tidak bisa dibanggakan.
Ketika si ibu melarang anaknya dengan cara mengancam pihak laki-laki, si laki-laki tidak merasa takut ataupun gentar. Ia semakin mantap untuk mendapatkan perempuannya seutuhnya.
Ayah dari perempuan ini pun juga melarang. Melarang dengan sangat keras hubungan itu.
Saya sebagai teman pun sudah memberi tahu apa yang harus ia lakukan..
tapi,,rupanya teman saya ini terlena dengan yang namanya cinta.
cinta yang beda dari yang sebelumnya, yang mungkin baru ia temui saat hubungannya kali ini..
Laki-laki pun bertingkah seolah ia sangat serius dengan hubungan ini dan perlahan mencoba bersikap possessive terhadap perempuan..sampai-sampai saya harus tidak berteman lagi dengan teman saya ini..
Hingga suatu hari, saya diberi tahu oleh dia kalau dia sudah putus dari pacarnya itu.
Dia minta maaf dan mengatakan kalau anggapan saya tentang laki-laki itu benar.
Dan saya pun bisa menarik kesimpulan kalau,naluri ibunya memang bagus.
Sebenarnya...masih ada kasus-kasus lain yang berhubungan dengan hal-hal di atas.
Namun saya mengangkat dua hal yang setidaknya fenomenal bagi saya.
Disaat satu pihak serius, belum tentu pihak lain siap dengan keseriusan itu..
Saran saya :
- coba dengarkan masukkan dari pihak ketiga,pihak keempat dan pihak-pihak lainnya. Pacaran atau menjalankan hubungan bukan berati tutup telinga,tutup mata dan merasa dunia milik berdua. Terkadang masukkan-masukkan itu bisa menjadi pengingat bagi kita ketika kita sudah lewat batas.
- sering-seringlah share terhadap pihak ketiga dan pihak lainnya. Dengan begitu mereka tahu bagaimana sikap,kelakuan dan pekerjaan dari pasangan.
-cobalah bertukar pikiran dengan pihak ketiga...supaya kita mengetahui apa yang diinginkan dari pihak ketiga dan pihak-pihak lainnya.
-cobalah menerima keputusan yang diberikan oleh pihak ketiga, jika memang keputusan itu tidak bisa diganggu gugat. Dan menjalani hidup selayaknya orang normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar